Rabu, 01 Juni 2011

ANTARA MENTALITAS DAN POTENSI

Salah satu komponen yang penting dalam pengentasan kemiskinan selalu berhubungan dengan mentalitas. Tidak hanya terbatas bagi kalangan pemimpin namun juga mencakup pembentukan karakter bagi rakyat yang hendak dibangun. Tanpa pembentukan karakter moral yang baik semua program yang dirancang secara matang hanya akan menjadi "bulan-bulanan" bagi mereka yang mencoba ikut berpartisipasi untuk mempertebal kocek sendiri. Sudah tentu mentalitas yang bersifat demikian harus ditambat sejak dini sehingga laju pertumbuhan yang diharapkan takkan terhambat.

Dalam ajaran Islam, Nabi Muhammad saw juga memberikan kriteria lain dalam penanganan kemiskinan. Kriteria-kriteria selanjutnya umumnya terkait dengan persoalan mentalitas. Misalnya tidak meminta-minta dengan cara yang memaksa (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain diterangkan bahwa orang yang disebut meminta dengan paksa adalah orang yang masih memiliki harta seharga satu uqiyah. Penyaluran harta dari keuangan negara yang berasal dari shadaqah tidak diperkenankan untuk membiayai dana konsumsi orang kaya dan orang yang masih mampu berusaha dan produktif (HR. Imam yang lima kecuali Ibnu Majah dan Nasai). Dalam Islam meskipun standar ukur kemiskinan telah ditetapkan, namun budaya malu juga tetap dikembangkan. Sumber daya manusia yang memiliki memiliki mentalitas miskin, seperti pejabat dan penanggung jawab amanah yang mencaplok dana rakyat harus disadarkan dan atau dihukum sesuai dengan ketentuan hukum had. Sebab jika tidak, maka secara teknis lebih dari 80 % warga negara ini adalah rakyat miskin (baik miskin material maupun mental) sehingga keuangan negara yang tersedia tidak akan mungkin mencukupi bagi semua orang dan program pemberdayaan masyarakat akan berada pada posisi jauh panggang dari api.

Indonesia, negeri kita tercinta ini, sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk tumbuh menjadi salah satu bangsa yang terhormat dihadapan negara-negara yang lain. Hanya saja salah satu hal yang belum terpenuhi untuk melengkapi syaratnya, negara kita belum pernah memiliki pemimpin yang mampu menjaga kehormatannya dengan memiliki visi kerakyatan yang jelas. Lebih jelas lagi, kita membutuhkan kepemimpinan yang "tidak gila hormat" dan tidak bermental kacung di hadapan bangsa lain yang dianggap lebih berkuasa.

Bukti-bukti kegagalan sistem yang diakibatkan mentalitas yang belum terbangun dengan baik, boleh dikatakan melimpah ruah. Dalam bidang perbankan misalnya, sedikitnya di Indonesia terdapat 23 bank umum nasional yang dimiliki asing dengan penguasaan di atas 44,5 % dari total saham agresif yang menggarap pasar hingga ke pedesaan. Hal ini menyebabkan pangsa pasar Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berpotensi membiayai sektor keuangan mikro, kecil, dan menengah mengalami penyusutan pangsa pasar. Imbasnya pemberdayaan rakyat kecil berupa bersifat sokongan finansial berupa modal kerja semakin menurun akibat dana masyarakat yang mampu dihimpun tidak berjalan pada aliran yang seharusnya. Dalam penanganan Sumber Daya dan kekayaan Alam, sejak tahun 1969 sampai hari ini tercatat 80 % sumber daya alam dan aset Indonesia telah dikuasai oleh asing. Sekitar 70 % sumber daya dan aset penting itu berada dalam kepemilikan Amerika Serikat. Dari temuan Komite Pemberantasan Korupsi (KPK), sejak 1970 pemerintah Indonesia telah membuat 4.524 perjanjian hutang (loan agreement) dengan pihak luar negeri. Nilai secara keseluruhan belum diketahui dengan pasti. Waktu itu Wakil Ketua KPK, Haryono Umar, sempat memperkirakan bahwa jumlahnya antara Rp 450 trilyun hingga Rp 1.600 trilyun. Hal yang membuat miris, dari jumlah perkiraan hutang sebesar itu, ternyata yang bisa dimanfaatkan hanya sebesar 44 %. Sisanya sebanyak 56 % adalah dana yang tersia-sia alias mubadzir. dana Luar Negeri berupa hutang ini sebenarnya lebih berperan sebagai jebakan yang menjerumuskan daripada sebagai hutang yang menolong.

Dalam bidang ekploitasi kekayaan alam berupa minyak dan gas (migas), dari 120 KPS (Kontraktor Profit Sharing), 90 % adalah milik asing. Produksi minyak kita dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Meskipun kondisinya demikian, namun cost recovery yang harus ditanggung oleh pemerintah justru semakin meningkat. Dalam RAPBN 2010, pemerintah menetapkan cost recovery sebesar USD 13, 1 Milyar, naik dari USD 11,05 Milyar dari tahun 2009. Dengan kenaikan ini, Indonesia hanya mampu meningkatkan produksi minyak 5.000 barrel per hari dan gas 232 MMBTU per hari. Dari total produksi 1 juta barrel/hari, hasil produksi Pertamina hanya mencakup 75.000 barrel/hari atau sebanding dengan jumlah produksi Medco, sebuah perusahan minyak swasta nasional. Total produksi tersebut ternyata justru digenapi oleh perusahaan-perusahaan asing seperti Chevron yang memiliki kapasitas produksi 450.000 barrel/hari. Hal yang cukup memprihatinkan adalah ladang-ladang minyak dan gas nasional secara perlahan-lahan dikuasai oleh asing karena aturan untuk menggarap berbagai proyek eksplorasi minyak bumi dan gas di tanah air harus melalui tender internasional. Sementara kondisi pengusaha dan perusahaan nasional dan swasta pribumi kurang mampu menghadapi persaingan dalam kancah yang lebih mendunia. Dengan demikian dapat dipahami mengapa pemerintah kita sering tidak berdaya menghadapi peningkatan harga komoditas BBM yang mengabaikan keberpihakan terhadap rakyat. Sejak awal bukan hanya tidak berani unjuk gigi, namun memang telah kehilangan gusi.

Hal tersebut belum mempertimbangkan bidang-bidang yang lain. Sekitar 96,6 % muatan angkutan laut dari Indonesia saat ini ditangai oleh kapal-kapal asing. Juga 46,8 % muatan laut dalam negeri dikuasai oleh kapal berbendera asing. Juga belum sempat memotret dan mengidentifikasi kemiskinan yang menggejala disekitar ladang-ladang kekayaan negeri ini yang diekplorasi dan dieksploitasi oleh kapitalis asing. Dalam company profilenya pada tahun 2002, Freeport telah mencatat rekor penjualan tembaga sebesar 1,5 juta proud net; 2,3 juta ons emas, dan mengapalkan rata-rata 2,8 juta metrik ton per tahun. Hal ini belum mencakup sumber daya alam Papua lain berupa kandungan bijih uranium dimana isu ini sempat mencuat beberapa waktu lalu. Sementara itu dipihak lain, kondisi kekayaan alam Papua yang sedemikian rupa ternyata tidak mampu dinikmati oleh penduduk setempat yang masih terus berada dalam keterpurukan dan tidak jarang terjadi kasus kekurangan pangan yang mencuat sebagai berita busung lapar. Hal ini belum termasuk resiko kerusakan alam yang harus ditanggung oleh penduduk Papua, akibat penggunaan bahan kimia berlebihan dan eksplorasi serakah yang tidak mempertimbangkan keharmonisan hidup bersama alam.

Kendali asing atas pemerintahan bukan merupakan hal yang rahasia lagi bagi kita. Sejumlah operator pembuat undang-undang asing disejumlah lembaga strategis negara dapat diidentifikasi dengan mudah. Ada Arthur J. Mann dan Burden B. Stephen di Departemen Keuangan. Thomas A. Timberg menjadi penasihat skala kecil dan Susan L. Baker menjadi konsultan bidang konstrukturisasi Perbankan di Bank Indonesia. Sementara itu di Deperindag dapat ditemukan nama Ethepen L. Magiera, konsultan ahli Perdagangan Internasional dan Gary Goodpaster ahli desentralisasi, internal carriers to trade and local discriminatory action. Sementara itu Kementrian Usaha Kecil dan Menegah Koperasi telah dimasuki Robert C. Rice ahli small and medium enterprice. Juga tidak ketinggalan Kementrian Kominfo ada operator undang-undang bernama Harry F. Darby, ahli regulasi komunikasi. Di Departmen Hukum dan HAM terdapat Paul H. Brietzke, seorang legal advisor. Peran mereka sangat jelas bukan hanya sebagai operator pembuat undang-undang, namun juga sebagai konsultan, nama lain yang lebih halus untuk menyebut "tukang perintah" dan "juru komando".

Sungguh Indonesia hanya akan bisa dibangun dengan segenap kesungguhan (mujahadah) bangsa Indonesia. Kata-kata slogan dan janji-janji beracun takkan mampu lagi menyehatkan jiwa dan raga bangsa ini. Sistem yang benar sudah seharusnya diterapkan tanpa banyak mau menunggu waktu. Sungguh Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu memiliki inisiatif dan ikhtiar untuk mengubah nasib mereka sendiri. Tak perlu lagi ada kepura-puraan di antara kita. Sudah saatnya umat Islam lebih serius untuk mengambil peran dalam pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan konsep-konsep Islam dimana hal ini tidak dilarang. Konsep Islam, meskipun belum dilaksanakan secara totalitas (kaffah), telah terbukti dan diakui mampu diaplikasikan untuk menangani sektor keuangan mikro secara solutif. Konsep-konsep tersebut antara lain telah maujud dalam perbankan syariah, Baitul Mal wa Tamwil, Lembaga Amil Zakat, dan Pegadaian Syariah. Maka sudah saatnya pula sistem keuangan makro berdasarkan konsepsi Islam dirujuk, dicerna, dan dirumuskan secara aplikatif. Sekarang, sudah saatnya umat Islam berperan serta lebih proaktif membantu pemerintah untuk menyikapi pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Kalau kita sering mendengar tujuan pemerintah untuk membuat Rakyat Sejahtera rasa hati sangat gembira penuh harapan.

Itu harapan bodoh, bukan karena memang tidak akan pernah tercapai, tetapi memang tidak akan pernah diusahakan untuk diujudkan.

Mengentaskan rakyat dari kemiskinan, itu lebih bodoh lagi. Pemerintah tau akan hal ini, maka tidak pernah berusaha untuk benar-benar menghapuskan kemiskinan dari negeri ini.

Jepang, Korea, Hongkong bahkan Singapura memiliki ketakutan yang justru lebih besar akan kemakmuran rakyatnya. Negara-negara ini,  setiap kali merasa "jantungan" ketika nilai mata uangnya terus naik terhadap nilai USD (dollar Amerika), terutama Jepang. Kenaikan mata uangnya terhadap USD akan makin mensejahterakan rakyatnya, makin memperbanyak jumlah rakyat yang kurang kaya (bukan miskin) menjadi semakin kaya, tidak ada orang miskin. Mengapa mereka takut makmur?

Kita tidak pernah dipusingkan dengan sampah rumahtangga yang bau dan kotor, karena besok sampah itu akan diambil dan dienyahkan dari rumah kita oleh si orang miskin, tukang sampah

Anda tidak pernah ribet soal membersihkan rumah anda yang tiga lantai itu, karena orang miskin yang tinggal dirumah kita dengan rutin akan membuat rumah mengkilat bersih.

Pernah menghitung dengan serius jumlah makanan yang harus anda masak dibanding dengan jumlah penghuni rumah?. Tidak terlalu …. sisa makanan cukup dibuang begitu saja ke tong sampah, karena besok pagi akan datang lagi orang miskin lain di depan pintu rumah anda dengan membawa bermacam sayur segar petikan semalam dengan berbagai daging, telor dan ikan dalam gerobak sayurnya.

Mal baru dibangun lagi, anda ingin jalan-jalan meski tidak ada hal yang perlu dibeli atau dikerjakan disana? Gampang, orang miskin akn menjemput anda dengan taksinya. Anda tidak perlu antri seperti main kereta-kereta apian ditrotoar sampai berjam-jam menunggu giliran dapat taxi seperti di Jepang atau Hongkong. Bahkan orang miskin lainnya akan memencet-mencet klakson angkotnya ketika anda terlihat berdiri dipinggir jalan berharap anda menjadi penumpangnya.  Sampai didepan mal ternyata hujan deras, no problemo, orang miskin lain akan tergopoh-gopoh menghampiri anda dengan payungnya yang lebar siap menjaga anda dari guyuran  air hujan hanya dengan seribu perak anda akan diantar sampai pintu mal, bahkan kalau payungnya hanya kecil saja orang miskin tersebut akan dengan rela basah kuyub karena menyerahkan payungnya pada anda.

Musin hujan tiada henti, tiba-tiba kamar madi anda banjir karena saluran mampet atau dinding meleleh-leleh air hujan karena genting bocor, besok pagi si orang miskin itu akan datang membetulkannya setelah orang miskin yang bekerja di dirumah anda memanggilnya.

Karyawan toko anda lelet kerjanya menurut anda?. Pecat saja tanpa basa-basi, besok akan datang orang miskin lainnya bahkan dalam jumlah lebih banyak untuk menjaga toko anda tetap beroperasi.

Anda seorang politikus partai? Perlu dukungan berkampanye? Perlu suara untuk memenangkan kursi jabatan yang akan bisa anda pergunakan menumpuk harta dikemudian hari? Jangan khawatir, berapa banyak anda perlu orang untuk itu? Dengan semangat empat lima akan berbondong-bondong siorang miskin itu datang pada anda cukup dengan 10 ribu rupiah perkepala mereka akan bersedia berdarah-darah membela anda. Setelah cita-cita anda tercapai, lupakan saja mereka

Buah mangga anda yang menjuntai kejalan atau kerumah tetangga tiba-tiba ilang, anda kesal?. Panggil saja orang miskin yang setiap saat nongkrong di pos jaga pojok rumah anda, maki-maki saja sampai anda puas. Katakan kerjanya cuma tidur dan sama sekali nggak waspada, orang miskin itu hanya akan menunduk dan mengatakan "maaf pak/tuan…" tanpa berani menatap mata anda meskipun badan dan ototnya besar-besar dibalik seragam satu-satunya yang anda berikan, bisa menghancurkan tubuh anda hanya dalam hitungan menit bahkan detik

Semua kemudahan siap disediakan oleh orang-orang miskin untuk anda, saya, aparat, pejabat, pengusaha bahkan orang miskin lainnya untuk memudahkan hidupnya.  Kalau orang miskin itu tidak ada kitapun akan sengsara, suatu ketika mungkin kitapun akan miskin juga karenanya, jadi bodoh kalau kita bercita-cita "memberantas kemiskinan" atau "mensejahterakan rakyat".

Siapa yang akan menjadi tukang sampah, tukang sayur, tukang ojek, sopir angkot atau taksi, pendemo dan pendukung bayaran, pembantu rumahtangga, tukang batu, satpam kalau semua rakyat sejahtera dan tidak lagi miskin. Itu yang hampir dialami Jepang.

Kita tidak mau kan, terus-menerus deg-degan seperti orang Jepang, makanya jangan pernah bercita-cita "Rakyat Adil Makmur Sejahtera", itu cita-cita bodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar